Widget HTML #1

Denda Membawa Buku Baru Bagi Siswa Yang Melakukan Pelanggaran adalah Solusi yang Tidak Mendidik

Dalam dunia pendidikan, setiap kebijakan dan tindakan yang diterapkan kepada siswa seharusnya memiliki satu tujuan utama yaitu mendidik. Namun, tidak semua bentuk hukuman yang selama ini berjalan sejalan dengan prinsip pendidikan. Salah satu contoh yang patut menjadi bahan renungan kita bersama adalah praktik pemberian denda berupa membawa sejumlah buku baru dan menyerahkannya ke sekolah sebagai sanksi atas pelanggaran yang dilakukan siswa.

Denda Membeli Buku

Sekilas, hukuman ini terlihat ringan dan sederhana. Namun jika dicermati lebih dalam, kebijakan seperti ini justru menyisakan banyak persoalan. Pertama, hukuman semacam ini justru menambah beban orang tua, bukan memberikan efek jera kepada siswa. Ketika seorang siswa melakukan pelanggaran, yang harus “membayar” adalah orang tuanya. Padahal bisa jadi pelanggaran tersebut terjadi karena kurangnya pemahaman atau emosional dari sang anak, yang seharusnya menjadi tanggung jawab bersama antara sekolah dan keluarga untuk dibina, bukan dihukum dengan beban materi.

Kedua, praktik seperti ini tidak memberikan nilai edukatif kepada siswa. Tidak ada proses refleksi, tidak ada pembelajaran moral, tidak ada latihan kedisiplinan yang mereka alami. Anak bisa jadi hanya menganggapnya sebagai “dosa yang bisa ditebus” dengan barang, bukan kesalahan yang harus direnungi dan dihindari di kemudian hari.

Dalam Islam, pendidikan bukan hanya soal transfer ilmu, tetapi juga pembinaan akhlak. Bila seorang anak bersalah, maka jalan terbaik adalah menegurnya dengan lembut (atau sesuai dengan porsinya), memberinya nasihat, dan memberikan tugas yang melatih tanggung jawab.

Alih-alih menghukum dengan denda materi, lebih baik guru memberikan bentuk hukuman yang bersifat edukatif dan konstruktif, seperti:
  1. Membersihkan ruang kelas atau lingkungan sekolah,
  2. Menghafal ayat-ayat pendek Al-Qur'an atau hadits pilihan,
  3. Mengerjakan tugas tambahan yang bermanfaat untuk pelatihan disiplin dan karakter,
  4. Membuat laporan refleksi atas kesalahan yang dilakukan dan solusi perbaikannya.
Dengan pendekatan seperti ini, siswa tidak hanya menyadari kesalahannya, tetapi juga belajar untuk memperbaiki diri. Hukuman pun berubah fungsi menjadi sarana pendidikan, bukan sekadar balasan atas kesalahan.

Pendidikan yang baik tidak hanya mendidik pikiran, tetapi juga membentuk hati dan akhlak. Marilah kita bersama-sama membangun sistem pembinaan yang lebih berorientasi pada pertumbuhan karakter, bukan hanya penegakan aturan yang kaku. Semoga setiap langkah kecil yang kita ambil hari ini membawa dampak besar bagi masa depan anak-anak kita, baik sebagai pelajar maupun sebagai pribadi Muslim yang berakhlak mulia.

Jika ada pendapat, saran atau kritik bisa disampaikan melalui kolom komentar....

Terima kasih..
Hari Aspriyono
Hari Aspriyono Biasa saja.... Tidak ada yang Istimewa...

Posting Komentar untuk "Denda Membawa Buku Baru Bagi Siswa Yang Melakukan Pelanggaran adalah Solusi yang Tidak Mendidik"

Dapatkan Desain Huruf Hijaiyah dan Source Code Program PHP DI SINI